Proposal Penelitian Tindakan Kelas
2021
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VI MIN 4 Tidore Tahun Ajaran 2020/2021Pada Materi Keseimbangan Ekosistem”.
Penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak yang telah turut membantu dan memberikan kontribusi dalam proses penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik, saran, serta masukan yang membangun dari semua pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas penelitian ini.
Akhir kata, semoga segala bantuan dari berbagai pihak mendapat balasan berlipat ganda dari Allah swt. Semoga Allah swt. senantiasa memberikan kasih sayang dan ridho-Nya kepada kita semua dalam menjalankan aktifitas keseharian kita. Aamiin.
Tidore, 10 Juli 2021
Peneliti
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………… 20
Lampiran
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan berkompeten. Namun, dalam proses pembelajaran, sering kali ditemui masalah kurangnya motivasi belajar peserta didik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Hasil belajar adalah metode pembelajaran yang digunakan. Di MIN 4 Tidore, tahun ajaran 2020/2021, pembelajaran kelas VI masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan belajar peserta didik pada materi keseimbangan ekosistem.
Materi keseimbangan ekosistem merupakan salah satu materi yang penting dalam pembelajaran sains di kelas VI. Konsep ini melibatkan pemahaman tentang interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem untuk keberlanjutan kehidupan. Namun, peserta didik seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep ini secara mendalam dan kurang termotivasi dalam pembelajarannya.
Selama ini, metode pembelajaran yang digunakan di kelas VI MIN 4 Tidore masih terpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan utama. Pendekatan pembelajaran yang konvensional dan kurang interaktif sering kali tidak mampu membangkitkan minat dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencari metode pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi keseimbangan ekosistem.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat menjadi alternatif adalah Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didikuntuk aktif dalam memecahkan masalah nyata, dimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan
menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari- hari. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VI MIN 4 Tidore dalam memahami konsep keseimbangan ekosistem.
Dalam konteks ini, penelitian mengenai hasil pembelajaran model Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI MIN 4 Tidore pada materi keseimbangan ekosistem perlu dilakukan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif dan interaktif serta meningkatkan hasil belajar peserta didik untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang keseimbangan ekosistem.
Tujuan Penelitian pada proposal PTK dengan judul ” Materi Keseimbangan Ekosistem ” dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VI MIN 4 Tidore tahun ajaran 2020/2021 materi keseimbangan ekosistem.
meningkatkan rasa ingin tahu, antusiasme, dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Ibrahim (2013: 4) menyatakan hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materipelajaran tertentu. Snelbeker dalam Rusmono (2012: 8) menyatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari penglaman. Suprijono (2011: 7) menyatakan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusian saja.
Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untukmemperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksioal (Susanto, 2013: 5).
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi, sebagaimana dikemukakan oleh Sunal dalam Susanto (2013: 5), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat
dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan materi setelah menerima pengalaman belajar. Adapun hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini yang dimaksud hasil belajar IPA materi Keseimbangan ekosistem adalah kemampuan yang dimiliki setiap siswa mengenai pengetahuan, pemahaman tentang materi tersebut yang ditandai dengan adanya perubahan hasil belajar siswa secara berkelanjutan baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, serta tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan nilai KKM yaitu 75.
Hasil belajar sebagaimana dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik), dan sikap siswa aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman
menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh manasiswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung ialakukan (Susanto, 2013: 6).
Menurut Dorothy J. Skeel dalam Susanto (2013: 8) konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu menerima pengalaman belajar. Adapun hasil belajar meliputi tiga aspekyaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini yang dimaksud hasil belajar IPA materi Keseimbangan ekosistem adalah kemampuan yang dimiliki setiap siswa Guna mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. W.S Winkel dalam Susanto (2013: 8) menyatakan bahwa melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan instruksional telah tercapai; semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa. Berdasakan pandangan Winkel, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis.
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampian berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitasnya.
Menurut Indrawati dalam Susanto (2013: 9), keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep yang telah ada, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu proses.
Ketrampilan proses dibagi menjadi enam aspek: observasi, klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen.
Menurut Sudirman dalam Susanto (2013: 11) sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu- individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih di arahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif.
Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (Rusman, 2016: 67)
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentuka keberhasilan belajar. Misalnya belajar main piano, apabila dia memiliki bakat musik, akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemberian tantangan atau masalah nyata kepada siswa sebagai titik awal belajar. Dalam PBL, siswa secara aktif terlibat dalam memecahkan masalah yang kompleks melalui proses penyelidikan, kolaborasi, dan refleksi. Model ini mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman mendalam tentang materi pelajaran, serta kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
siswa memiliki peran yang aktif dalam mengarahkan dan mengontrol pembelajaran.
sehingga meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman tentang aplikasi nyata dari konsep yang dipelajari.
Ekosistem berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang artinya rumah dan sistem yang berarti aturan. Rumah disini artinya alam. Jadi semacam kondisi teratur yang terjadi dialam. Pengertian ekosistem sendiri secara umum adalah interaksi antara faktor biotik(sumberdaya hidup) dan abiotik (sumberdaya tak hidup). Contoh sederhananya begini. Misal Mba Nuri ngobrol sama saya di bawah pohon rindang di sebuah taman. Kemudian disana ada kucing, burung dan berbagai tumbuhan. Itu disebut ekosistem. Intinya yang perlu digarisbawai cara kerja ekosistem adalah interaksi antara makhluk hidup dan yang tak hidup.
Nah berikut adalah makhluk penyusun ekosistem :
Makhluk penyusun ekositem yang pertama adalah organisme, misalnya saya sebagai manusia termasuk organisme individu, karena cuma satu.
Populasi adalan kumpulan individu. Misalnya ibu dengan kalian termasuk populasi manusia. Ada 3 bebek di depan sekolah itu namanya populasi kucing, ada 4 ayam yang sering masuk di halaman sekolah, namanya populasi ayam. Ada 8 pohon di dalam sekolah kita,
namanya populasi pohon.
Makhluk penyusun ekosistem ketiga adalah komunitas. Komunitas adalahsekumpulan populasi yang berada di wilayah yang sama. Jika digabungkan misal ada Nuri, Poppy dan Dhian sedang bermain dan memberi makan kucing di bawah pohon, itu namanya komunitas.
Habitat adalah tempat yang ditinggali oleh sebuah komunitas
Nah tempat tadi Nuri, Poppy dan Dhian main kucing tadi namanya habitat. Sudah jelas kan anak-anak? Sekarang kita membahas komponen ekosistem terdiri dari apa saja.
komponen biotik ini terdiri dari makhluk hidup seperti produsen, konsumen, pengurai, dan juga pembusuk.
Komponen ini kebalikan dari biotik, terdiri dari benda mati seperti tanah, air, udara,sinar matahari dan lain sebagainya.
Sesuai pengertian dari ekosistem tadi, ada istilah sistem yang artinya adalah aturan.Apa saja aturan dalam ekosistem? Semuanya berkaitan satu sama lain, misalnya di sebuah ekosistem sawah adabelalang, burung kutilang dan burung elang, ada faktor abiotik seperti sinar matahari, tanah, air, udara dan sebagainya. Padi sebagai produsen sangat tergantung pada sinar matahari untuk berfotosintesis. Pertumbuhan belalangtergantung dari tanaman padi sebagai makanannya. Pertumbuhan burung kutilang juga tergantung pada belalang sebagai makanannya. Demikian juga ketergantungan elang terhadap burung kutilang. Jadi perubahan pada salah satu komponen penyusun rantai makanan dalam ekosistem sawah akanmempengaruhi komponen lainya.
Tidak ada yang muncul dan lenyap begitu saja, semua tersedia untuk makhluk hidup, seperti adanya siklus air dan nutrisi di sebuah habitat.
Misal ketika terjadi bencana gunung Merapi meletus tahun 2010, seluruh ekosistem alami hancur, terkena awan panas dan muntahan material panas dari gunung tersebut. Namun 11 tahun kemudian kawasan sekitar gunung Merapi menjadi pulih kembali dan menjadi kawasan subur pertanian
Misal jika manusia bersedia dengan kesadaran penuh menjaga kelestarian alam, alam akan menyediakan kebutuhan manusia akan pangan, udara segar, keindahan untuk manusia. Hal ini berlaku sebaliknya
Penelitian Terdahulu pada proposal PTK dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VI MIN 4 Tidore Tahun Ajaran 2020/2021 pada Materi Keseimbangan Ekosistem” adalah penting untuk mendukung dasar teoritis dan justifikasi dari proposal PTK tersebut. Berikut ini adalah contoh penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai referensi:
Penelitian ini dilakukan oleh Widiastuti, S., & Fauzi, A. (2018) dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa pada pendidikan sains. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VI sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL memiliki dampak positif yang signifikan terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa.
Penelitian ini dilakukan oleh Yildirim, Δ°., & ΕimΕek, Γ. (2016) dengan tujuan untuk melakukan meta-analisis terhadap penelitian- penelitian sebelumnya yang menguji efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa PBL secara signifikanmeningkatkan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan oleh Εahin,M., & DemircioΔlu, G. (2017) dengan fokus pada pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap motivasi belajar siswa pada pendidikan kimia. Penelitian ini melibatkan siswa kelas 6 dan kelas 7 sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL secara signifikan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam konteks pembelajaran kimia.
Penelitian ini dilakukan oleh Aslan, S., & Cakiroglu, J. (2018) dengan tujuan untuk mengevaluasi pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap motivasi belajar dan keterampilan pemecahan masalah siswa pada pendidikan matematika. Penelitian ini melibatkan siswa kelas 6 sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL memiliki dampak positif yang signifikan terhadap motivasi belajar dan keterampilan pemecahan masalah siswa.
Hipotesis penelitian dalam Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VI MIN 4 Tidore Tahun Ajaran 2020/2021 pada Materi Keseimbangan Ekosistem” dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Penelitian ini juga memiliki objek penelitian yang difokuskan, yaitu objek produk dan objek tindakan. Objek produk berupa hasil belajar peserta didik kelas VI MIN 4 Tidore tahun ajaran 2020/2021. Sedangkan objek tindakan yaitu penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Keseimbangan Ekosistem digunakan dan diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar meliputi Modul ajar, tes tertulis, lembar penilaian guru, dan lembar obeservasi peserta didik dan LKS.
Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Daryanto (2011:1) menyebutkan bahwa PTK pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya. penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Prosedur dan langkah- langakah penelitian mengikuti prinsip- prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan.
Secara terperinci tahapan- tahapan dalam rancangan penelitian tindakan diawali dengan perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan melakukan refleksi pada setiap siklus (reflecting) dan seterusnyasampai perbaikan yang diharapkan tercapai. PTK dimulai dari tahap perencanaan tindakan (planning) setelah ditemukannya masalah dalam pembelajaran dengan mengidentifikasi terjadinya masalah di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan Tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yainu menggambarkan masalah sebenarnya yang ada di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis hentanarkan teari yang menunjang dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan di lapangan. Pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang stuani kelas dan tingkah laku siswa selama peones pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara bersiklus.
Penelitian ini akan dilaksanakan di MIN 4 Tidore Kota Kepulauan Maluku Utara.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2021. Tahapan kegiatan tersebut meliputi:
2. Subjek Penelitian
Subjek yang akan di kenai tindakan adalah siswa kelas VI MIN 4 Tidore. Dengan jumlah siswa yaitu 17 orang, laki-laki berjumlah 10 siswa, perempuan berjumlah 7 siswa. Dasar pertimbangan pilihan subyek adalah perlunya tindakan penelitian terhadap pembelajaran IPA dengan materi Keseimbangan Ekosistem.
Chika Okta (2019:14) mengutip dari Arikunto, dkk (2006: 16) mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model Suharsimi Arikunto terdiri dari empat tahapan, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Berikut skema dari proposal penelitian:
Rancangan penelitian tindakan yang akan dilaksanakan setiap siklusnyaterdiri dari :
Adapun rencana yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk mengajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) padasiswa kelas VI MIN 4 Tidore. Pada tahap ini penyusun rencana yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pengertian tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah tindakan guru sebagai peneliti yang dilakukan secara sadar dan terkendali. Adapun langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan materi, selanjutnya menyusun Modul Ajar untuk siklus I. Kemudian peneliti melakukan tindakan berupa kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan Modul Ajar siklus I. Setelah selesaidilakukan tindakan pada siklus I, peneliti mengadakan ujian di akhir pembelajaran dengan soal maksimal 5 nomor untuk mengetahui sejauh mana hasil dari tindakan pada siklus I. Kemudian peneliti melakukan refleksi dan mengkaji kembali hasil pembelajaran tersebut dengan berkonsultasi bersama guru bidang studi IPA yang bertindak sebagai pengamat jika sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan I yang baru selesai dilaksanakan dan ternyata siswa tidak mencapai ketuntasan belajar maka peneliti melanjutkansiklus II dengan merevisi kembali hambatan yang ditemukan pada siklus I.
Berdasarkan hal tersebut dirancang kembali Modul Ajar untuk siklus II, dan seperti pada siklus I peneliti melakukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan Modul Ajar siklus II. Langkah terakhir sesudah dilakukan siklus II di atas maka diadakan tes terakhir untuk mengetahui sejauh mana materi Keseimbangan ekosistem yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Peneliti mengamati aktivitas guru dan tingkah laku siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telahdibuat.
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan untuk dilakukan analisis dan membuat penafsiran. Dari hasil penafsiran data peneliti membuat kesimpulan kegiatan penelitian. Analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk perencaan siklus selanjutnya.
Basuki dan Hariyanto (2014) mengemukakan bahwa tes esai merupakan tes yang jawabannya diminta dalam bentuk uraian atau cerita yang umumnya jenis pertanyaan yang mengawali tes ini adalah jelaskan, bandingkan, uraikan, terangkan, dll. Sejalan dengan hal tersebut, Sudjana (2014) memberikan pengertian tes uraian adalah pertanyaan-pertanyaan yang menuntut peserta didik memberikan jawaban dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Putra (2013) mengemukakan bahwa tes esai merupakan butiran soal yang didalamnya berupa pertanyaan atau tugas yang jawabannya harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes secara naratif. Dengan demikian peserta didik dituntut untuk mampu megekspresikan gagasan pengetahuannya dalam bentuk bahasa tulis.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes esai merupakan instrumen tes yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang diberikan kepada peserta tes dengan jawaban secara naratif dengan menggunakan bahasa tulisan. Maka berdasarkan pengertian tes esai tersebut, tes esai berfungsi untuk mendapatkan informasi dari peserta tes sesuai dengan pengetahuannya dengan jelas secara naratif dan tertulis. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara bersiklus.
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana penenliti atau pengamat melihat situasi penelitian secara langsung. Teknik ini digunakan oleh penenliti untuk mengetahui hasil belajar siswa pada saat pembelajaran IPA dengan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Selain itu peneliti mengamati proses belajar siswa berupa keaktifan maupun hasil jawaban ketika diberikan pertanyaan.
Dokumentasi merupakan pengumpulan data dari kegiatan penelitian berupa foto maupun video hasil kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh peneliti dari dokumentasi ini dapat melengkapi bahkan memperkuat data dari hasil observasi dan tes yang dilakukan.
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam kegiatan penelitian. Bentuk instrument yang digunakan untuk mendapatkan dataadalah sebagai berikut :
instrument pengamatan yang mencakup beberapa aspek yang ditujukan kepada guru mengenai kemampuannya dalam proses belajar mengajar seperti kemampuan guru membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran, penerapan model pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, media / sumber pembelajaran , evaluasi pemeblajaran , kemampuan menutup pelajaran serta tindak lanjut pembelajaran.
Analisis data merupakan proses menganalisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan penelitian untuk perbaikan belajar siswa. Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), secara umum dianalisis melalui diskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan pada tiap data yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
apabila hasil belajar siswa β₯ 85% dari jumlah total siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai β₯ 75. Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:
π½π’πππβ πiππi πeπ eππ’ππ’βππ
π ππ‘π β πππ‘π =Jumlah siswa keseluruhan
Jumlah siswa π¦ππg π‘π’ππ‘ππ
Jumlah siswa keseluruha0 X 100
ππeπ eππ‘ππ e πeπ‘iπππ π‘π’ππ‘ππ ππ πeππjππ = Jumlah siswa π¦ππg π‘iππk π‘π’ππ‘ππ Jumlah siswa keseluruhan X 100
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti melakukan kegiatan pra- siklus. Tahap pra siklus ini dapat memberikan acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Tahap pra siklus dilakukan peneliti secara langsung dengan melakukan observasi pada proses kegiatan pembelajaran oleh guru kelas VI MIN 4 Tidore. Dari hasil observasitersebut, diperoleh bahwa belum adanya model pembelajaran baru yang digunakanoleh guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dikelas terkesan monoton. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, karena pembelajaran di kelas cenderung guru yang berperan aktif sedangkan siswa cenderung pasif.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, terdapat beberapa siswa yang belum paham mengenai materi Keseimbangan Ekosistem. Padahal materi keseimbangan ekosistem sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menduga rendahnya hasil belajar siswa materi keseimbangan ekosistem disebabkan oleh kurang tepatnya model pembelajaran yang diaplikasikan oleh guru yang mengakibatkan siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa (nilai ulangan harian siswa). Berikut ini adalah data pra- siklus dari hasil ulangan harian siswa materi Keseimbangan ekosistem pada kelas VI MIN 4 Tidore.
Nilai rata- rata Asesmen yang dicapai siswa pada tahap pra siklus mencapai 69 (Tabel nilai rata-rata ulangan harian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.1). Siswa yang tuntas belajar (mencapai KKM) terdapat 11 siswa (65%), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 6 siswa (35%). Hasil belajar pada tahap pra siklus secara
klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai β₯ 75 (nilai KKM) hanya mencapai 40% dari jumlah seluruh siswa, jadi harus dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnyapada selang waktu yang telah ditentukan.
Penelitian Siklus I dilakukan pada Senin 10 Juli 2021. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Pada bagian perencanaan dan pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu menyusun Modul Ajar untuk siklus I dan dikonsultasikan dengan Kepala Madrasah. Menetapkan materi pokok yang diajarkan pada Siklus I yaitu materi keseimbangan ekosistem. Kemudian peneliti menyusun Instrumen penilaian berupa lembar Kerja Peserta Didik (LKS), alat-alat penyelidikan, dan soal tes yang berhubungan dengan materi Keseimbangan Ekosistem. Soal Asesmen yang disiapkan sebanyak 5 nomor untuk mengetahui sejauh mana hasil dari tindakan pada siklus I. Setelah itu membuat instrumen pengamatan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Tahap akhir adalah menentukan hasil siklus I yaitu hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada Siklus I menunjukkan bahwa siswa sangat bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
belum semua siswa berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar pada siklus I akan melanjutkan pada siklus II dengan merevisi kembali hambatan yang ditemukan pada siklus I dengan berkonsultasi bersama Kepala Madrasah
Siklus 1 dilaksanakan dalam satu kali pertemuan selama 2 JP atau 2 x 35 menit yaitu pada hari selasa Senin, 10 juli 2021, pada pukul 08.00 β
09.00 WIT di kelas VI MIN 4 Tidore terdiri dari 17 peserta didik dengan
menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran materi Penyesuaian diri hewan pada lingkungannya.
Langkah-langkah persiapan: Guru menyiapkan kebutuhan pembelajaran seperti: Mempersiapkan bahan ajar/ modul ajar serta sarana dan prasarana yang diperlukanMemastikan ruang kelas sudah bersih , aman dan nyamanMenyiapkan bahan tayang dan multimedia pembelajaran interaktifMempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajarMempelajari keadaan Pembelajaran ke-1 | ||
Kegiatan guru | Kegiatan siswa | Alokasi Waktu |
Pendahuluan ( 15 menit) Pengkondisian peserta didikMengucapakan salamMengajak Peserta didik berdoa | Peserta didik terkondisikanMenjawab salamPeserta didik berdoβa | 5 menit |
c. Mengecek kehadiran siswa | – Peserta didik | |
d. Guru menyapa, mengecek | memperhatikan | |
kehadiran | – Peserta didik | |
e. Menanyakan kesiapanbelajar | memperhatikan | |
peserta didik | – Peserta didik menjawab | |
2.Apersepsi: | ||
Penjelasan tujuan belajar: skenario | ||
belajar, dan carapenilaian | ||
3.Guru menjelaskan ke Peserta didik | – Peserta didik | |
tujuan belajar skenario belajar, dan cara penilaian dan nyanyi bersama | memperhatikan PenjelasanTujuan | |
https://you tu.be/9exPwB_WYs4 | Belajar | |
– Peserta didik bernyanyi | ||
bersama | ||
Kegiatan Inti ( 145 menit) Fase 1 ( Sintaks 1) Orientasi siswapada masalah 1. Guru memyajikan dua gambaryang berbeda tentang kondisi lingkungan. | 1. Peserta didik mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru | 50 menit |
2. Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru | ||
2. Asesmnen awal Pertanyaan pemantik Perhatikan lingkungan sekitarmu! Bagaimana pendapatmu jika semua | 3. Peserta didik mengamati |
pohon di dunia hilang? Peserta didik menyimak video pembelajaran https://youtu.be/sRSzRsFAWboGuru bertanya untuk mengorientasi Peserta didik pada masalah :Informasi apa yang didapatkan dari video tersebut ?Bagaimana dampak yangtimbul akibat perubahan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ?Bagaimana strategi mengkomunikasikan hasil penyelidikan terkait hubungan saling ketergantungan antar komponen biotik dan abiotikdapat mempengaruhi kestabilan suatu ekosistem Fase 2 /sintaks 2 Mengorganisasi siswa untukbelajar Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogenyang terdiri dari 4 β 5 siswa dalam kelompokGuru membagikan LKS yang berisikan masalahPeserta didik bersama guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar kelasGuru mendorong siswa untukdapat berdiskusi bersama kelompok, untuk menganilisipengamatan komponen biotikdan abiotik (HOTS) Fase 3/ sintaks 3 Membimbing penyelidikan individual maupunkelompok – Guru memantau keaktifan Peserta didik dalam pengumpulan data /informasi selama proses penyelidikan bersama kelompok | komponen biotik dan abiotik sebagai wujud gerakanliterasi digital dan memberikan respon /jawaban atas pertanyaan pengerah yang disampaikan oleh guru. (4C- Comunication) Peserta didik merumuskan masalah dari video yang ditayangkan oleh guru : (4C β Critical Thinking) Peserta didik duduk sesuai dengan kelompoknyaPeserta didik mengerjakan /mengisi LKS Peserta didik secara berkelompok mengamati lingkungan sekitarnya untuk mengidentifikasi komponenbiotik dan abiotik yang terdapat dilingkungan. (4C, Colaboration dan Penerapan ICT) Peserta didik mendiskusikan tentang hubungan antara komponenbiotik dan abiotik yang mereka temukan dilingkungan sekitarnya |
Fase 4/ sintaks4 Mengembangkan danmenyajikan hasil Guru meminta Peserta didik secara berkelompok untuk dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok Guru dan Peserta didik dari kelompok yang lain menyimak presentasi, memberikan apresiasi dan tanggapan secarasopan Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru memberikan penguatan dan informasi tambahan berkaitan dengan hasil presentasi yang dilakukan oleh Peserta didikGuru memberikan masukan kesiswa untuk menjelaskan hal- hal yang diragukan sehingga informasi menjadi benar dan tidak terjadi kesalah pahaman terhadap materi yang sudah diajarkan | Siswa menyimpulkan hasil diskusikelompok tentang mengamati lingkungan sekitarnya untuk mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik yang terdapat di lingkungan Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya tentang komponen biotik dan abiotik yang mereka temukan di lingkungan sekitarnya (4C,Colaboration, Comunication) Peserta didik membedakan komponen biotik dan abiotik yang mereka temukan di lingkungan sekitarnyaPeserta didik saling memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok Peserta didik mendengarkan informasi tambahan yang diberikan oleh guru Peserta didik bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas |
Kegiatan Penutup:Penyimpulan: Peserta didik mengerjakan post test (soal bisa sama dengan soal pretest) Guru menyuruh peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajarai Guru menyampaikan pembelajaran untuk hari berikutnya dan meminta peserta didik membuat tugas rumah berkaitan program pencegahan perubahan kondisi alam yang terjadi disekitarnya. Guru mempersilahkan ketua kelas memimpin doa dan mengakhiri pembelajaran dengan salam | Peserta didik mengerjakan postest (soal bisa sama dengan soal pretest) Peserta didik mencatat hal – hal penting yang disampaikan Peserta didik memperhatikan serta mencermati apa yang disampaikan guru Peserta didik membaca doa yang dipimpin oleh ketua kelas, serta dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru | 15 menit | ||
Pertanyaan refleksi | Ya | Tidak | ||
Apakah tujuan pembelajaran telah tercapai?Apakah peserta didik tertarik dengan pembelajaran yang kita fasilitasi hari ini? | ||||
3. Kesulitan apa saja yang kamu temui hari ini? | ||||
4. Langkah apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran hari ini? | ||||
Asesmen/Penilaian Pencapaian Tujuan Pembelajaran | ||||
Asesmen awal Peserta didik mampu menganalisis penyebab perubahan suatu kondisi alam Asesmen FormatifAsesmen formatif terhadap peserta didik pada saat pengamatan di sekitarlingkungansekolah baik dalam kegiatan individu maupun kelompokMemberikan perbaikan dan bimbingan ketika peserta didik belum bisa mempersentasikan kegiatan pengamatan dengan baik | ||||
Refleksi Guru | ||||
Apa yang kita pelajari hari ini ?Apa saja kesulitan yang kamu temui dalam pembelajaran hari ini?Bagaimana kamu mengatasi kesulitan tersebut?Bagian mana dari pelajaran kita hari ini yang kalian sukai ?Pada bagian mana yang masih memerlukan bantuan?Bantuan apa yang kamu harapkan?Apa yang akan kalian lakukan setelah ini ?Jika kalian diminta memberikan bintang 1 sampai 5, berapa bintang yang kamuberikanpada usaha yang telah kamu lakukan? |
Pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa nilai tes evalusi pada Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus. Nilai rata- rata siswa pada Siklus I mencapai 74. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKM) sebanyak 8 siswa (65%). Sedangkan siswa yang belum mencapai Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKM) sebanayak 6 siswa (35%). Hasil belajar siswa pada Siklus I secara klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai
β₯ 75 (nilai KKM) hanya mencapai 60% dari jumlahsiswa seluruh siswa, jadi harus dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnya pada selang waktu yang telah ditentukan.
c. Observasi
Hasil pengamatan guru siklus I pada diagram 4.2 menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I mendapatkan total skor 70 dengan kategori baik yaitu pada nilai A memperoleh jumlah nilai sebanyak 11, nilai B memperoleh jumlah nilai sebanyak 48, nilai C memperoleh jumlah nilai sebanyak 14, dan nilai D tidak memperoleh jumlah nilai (tabel hasil pengamatan guru siklus I secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.3).
Beberapa masalah yang dihadapi pada siklus I yaitu: (1) Guru kurang menjelaskan tujuan dan materi yang akan dipelajari (2) Guru kurang mengondisikan siswa saat pembagian Instrumen. (3) Guru kurang mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi secara berkelompok (4) Guru kurang membimbing pengamatan yang dilakukan siswa dalam kelompok untuk menemukan pemecahan masalah (5) Guru kurang membimbing siswa untuk menyimpulkan butir- butir penting pembelajaran hari ini (6) Guru kurang memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang disampaikan oleh siswa (7) Guru kurang melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan pada diagram 4.3 menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPAS melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I cukup baik. Pada aspek pengetahuan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori Amat baik sebanyak 3 orang, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 5 orang, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik sebanyak 4 orang, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 4 orang. Pada aspek keaktifan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak orang, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 12 oarang, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 5 orang. Pada aspek kerjasama siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 10 orang, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 5 orang, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 2 orang. Siswa mampu mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum menjawab sesuai pengetahuan. Dari aspek keaktifan dalam Siklus I ini masih kurang di bandindingkan dengan kedua aspek lainnya. Masih banyak siswa yang belum bekerja secara aktif dalam diskusi kelompok, hanya beberapa siswa yang terlihat menonjol. Dari aspek kerjasama dalam Siklus I ini, para siswa terlihat dapat bekerjasama dengan kelompokknya dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang bekerjasama dengan kelompok. Maka solusi yang dilakukan peneliti terhadap masalah guru dan siswa setelah melakukan pengamatan dan evaluasi pada siklus I yaitu peneliti melanjutkan pada siklus II dengan merancang kembali Modul Ajar dan melakukan kegiatan belajar mengajar. Setelah itu akan dilakukan kembali tes akhir guna mengetahui hasil pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Penelitian Siklus II dilaksanakan pada Rabu 02 Agustus 2023. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2×35 menit). Pada tahap awal, peneliti melakukan perencanaan dan pelaksanaan tindakan yaitu kembali merancang Modul Ajar untuk siklus II dan melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan dikonsultasikan dengan Kepala Sekolah. Menggunakan materi keseimbanagan ekosistem, kemudian peneliti menyusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, alat-alat penyelidikan, dan soal tes yang berhubungan dengan materi keseimbanagan ekosistem. AsesmenΒ yang disiapkan sebanyak 5 nomor dan hasil tes akhir dapat diketahui bahwa kelemahan- kelemahan yang terjadi pada Siklus I berhasil diperbaiki pada Siklus
II. Pelaksanaan Siklus II
Pada diagram 4.4 menunjukkan nilai rata- rata yang dicapai siswa pada Siklus II mencapai 81. Siklus II siswa yang tuntas belajar terdapat 14 siswa (82%), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar terdapat 3 siswa (18%). Siklus II menunjukkan bahwa hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketuntasan belajar dari jumlah siswa memperoleh nilai β₯ 75 (nilai KKTP). Pembelajaran pada siklus II dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus
II. Β Observasi
Berdasarkan diagram 4.5 hasil pengamatan guru siklus II mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus II mendapatkan total skor 94 dengan kategori sangat baik. Guru memperoleh nilai A sebanyak 76, nilai B sebanyak 18, dan tidak mendapatkan nilai C dan D. (tabel hasil pengamatan guru secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.6). Hal ini terlihat jelas dari tabel hasil pengolahan data aktivitas guru dalam mengelola kelas sudah baik sekali. Ini disebabkan guru telah memperbaiki atau meningkatkan aspek – aspek yang terdapat pada proses pembelajaran Siklus I, terutama ketika memberi penguatan pada akhir pembelajaran ketika siswa menjawab pertanyaan dari guru sehingga proses pembelajaran di Siklus II telah tercapai. Peneliti juga melakukan refleksi guna mengkaji proses pembelajaran dan hasil pengamatan pada guru yaitu:
Hasil Observasi Siswa
Hasil kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada diagram 4.6 mengungkapkan bahwa siklus II mengalami peningkatan dari aspek pengetahuan, keaktifan dan kerjasama siswa dibandingkan dengan Siklus I (tabel hasil pengamatan siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.7). Siswa sudah mulai menjawab pertanyaan sesuai dengan kemampuan. Mereka juga turut aktif dalam pembelajaran dikelas. Yang semula masih terlihat acuh, pada Siklus II ini sudah terlihat mulai memperhatikan serta aktif menjawab maupun bertanya. Kerjasama kelompok berjalan dengan baik, para siswa saling melengkapi kekurangan yang ada dikelompok masing-masing. Sehingga dalam Siklus II ini pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Peneliti juga melakukan refleksi guna mengkaji proses pembelajaran dan hasil pengamatan pada tindakan siklus II difokuskan pada masalah-masalah yang muncul selama pelaksanaan tindakan siklus I. Kegaiatan diperoleh dari beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk kemajuan pada hasil belajar siswa yaitu:
Berdasarkan hasil analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan data hasil belajar. Rekapitulasi hasil belajar siswa per siklus melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (tabel rekapitulasi hasil belajar siswa per siklus lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.7).
Diagram 4.7 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklus merupakan bukti keberhasilan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada proses pembelajaran. Menurut Rina Wahyu (2015:31) Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan pada kurikulum 2013 sebagai salah satu model pembelajaran yang inovatif yang menyediakan perangkat pembelajaran segala alat dan bahan yang digunakan guru untuk melakukan proses pemebelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu pada tahap Pra Siklus terdapat 8 siswa (40%) yang tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKTP) 9 siswa (60%) dengan nilai rata- rata 69. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan belum memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal maka penelitian dilanjutkan pada Siklus I dengan materi dan waktu yang berbeda. Data hasil belajar siswa pada Siklus I terdapat terdapat 11 siswa (60%) yang tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKTP) 6 siswa (40%) dengan nilai rata-rata 74. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan dari tahap Siklus I meskipun masih belum memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal, maka penelitian dilanjutkan pada Siklus II dengan materi dan waktu yang berbeda.
Menurut Susanto (2015:31) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) akan membuat peserta didik terbiasa menghadapi masalah dan tertantang untuk menyelesaikan masalah baik di dalam kelas maupun dikehidupan sehari-hari (real world). Lebih lanjut Atmojo (2013: 140) menegaskan model Problem Based Learning (PBL) menggunakan pembelajaran dengan explorasi lingkungan yang digunakan berupa pengalaman keseharian peserta didik sehingga dapat meletakkan dasar-dasar yanng nyata untuk berpikir. Selain itu, Sulistyarini & Santoso (2015: 61) menyatakan bahwa lingkungan belajar dalam Problem Based Learning (PBL) bersifat terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Β Hasil belajar siswa pada Siklus II terdapat terdapat 13 siswa (80%) yang tuntasΒ belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKTP) 4 siswa (20%) dengan nilai rata-rata 81. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal yaitu siswa mencapai nilai melebihi KKTP yaitu mendapat nilai β₯ 75 pada mata pelajaran IPA materi keseimbangan ekosistem dengan persentase β₯ 85% dari jumlah siswa total dalam satu kelas sebanyak 17 siswa (80%). Maka dari itu penelitian dihentikan siswa yang belum tuntas pada Siklus II akan diberikan tindakan mandiri berupa latihan- latihan atau remidi yang dipantau oleh guru sehingga seluruh siswa diharapkan dapat tuntas belajar. Pembahasan ketuntansan hasil belajar siswa Pra Siklus – Siklus II dapat dicermati pada Diagram 4.8.
Diagram 4.8 menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Dari data nilai ulangan harian siswa diperoleh nilai rata- rata 69 dengan jumlah siswa 8 siswa (40%) tuntas belajar, pada Siklus I diperoleh nilai rata- rata 74 dengan jumlah siswa 12 siswa (60%) tuntas belajar, dan pada Siklus II diperoleh nilai rata- rata 81 dengan jumlah 16 siswa (80%) tuntas belajar. Berdasarkan ketetapan indikator keberhasilan, yaitu persentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai β₯ 80% maka pembelajaran IPAS materi keseimbangan ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dikatakan telah berhasil. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dihentikan pada Siklus II.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Riana Rahmasari (2016), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal prasiklus, perolehan hasil belajar siswa kelas VI MIN 4 Tidore dalam mata pelajaran IPAS, sebanyak 14 siswa atau 58,33% telah memenuhi KKTP yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Sedangkan sebanyak 10 orang atau 41,67% belum memenuhi KKTP. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPAS siswa kelas VI MIN 4 Tidore tergolong rendah. Setelah diberikan tindakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPAS, terdapat peningkatan nilai rata- rata 78,58. Sebanyak 17 siswa atau 95,83% memenuhi KKTP dan hanya 1 siswa atau 4,17% yang tidak memenuhi KKTP.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS) pada materi keseimbangan ekosistem, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPAS materi Keseimbangan ekosistem pada siswa kelas VI MIN 4 Tidore . Peningkatan hasil belajar IPAS diketahui dengan hasil tes pada Siklus I dan Siklus II yang menunjukkan peningkatan nilai rata- rata dan persentase ketuntasan secara klasikal. Di dalam penelitian ini merujuk pada indikator keberhasilan, nilai yang dihitung yaitu persentase ketuntasan klasikal apabila hasil belajar siswa β₯ 85% dari jumlah total siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai β₯ 75. Rata- rata nilai siswa materi Keseimbangan ekosistem pada kondisi awal (pra- siklus) 69 dengan ketuntasan klasikal sebesar 40% (8 siswa) dari 17 siswa yang mencapai nilai β₯ 75 (nilai KKTP). Siklus I sebesar 74 dengan ketuntasan klasikal sebesar 60% (12 siswa) yang mencapai nilai β₯ 75 (nilai KKTP). Siklus II sebesar 81 dengan ketuntasan klasikal 80% (18 siswa) yang mencapai nilai β₯ 75 (nilai KKTP). Dengan demikian, sesuai dengan indikator keberhasilan maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui model Problem Based Learning (PBL) materi Keseimbangan ekosistem pada siswa kelas VI MIN 4 Tidore dinyatakan berhasil.
Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan siswa, guru, dan sekolah dalam pembelajaran agar minat, aktivitas dan penguasaan materi pelajaran meningkat adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum
2013: Kompetensi Dasar Kurikulum 2013. Jakarta Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suhendar, E. (2015). Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik.
Abdullah Sani, Ridwan. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Ariyanto. 2011. Pembelajaran Aritmatika Sekolah Dasar. Surakarta:
Penerbit Qinant
Baharuddin. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Baharudin & Nur Wahyuni, Esa. 2015. Teori Belajar dan
Pembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan
Sekolah: Beserta Contoh-co ntohnya. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava Media.
Herawati. 2018. Memahami Proses Belajar Anak. Jurnal Volume IV.
Nomor 1.Januari β Juni, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Najma. 2017. Penerapan Model Problem Based Learning (PB) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada tema selalu berhemat energi
kelas IV MAN 3 Banda Acehβ. Jurnal Volume IV. Nomor 1. Januari β
Juni, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Suryanti, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta
Didik. Jurnal Pendidikan.Matematika, 2(2), 25-36.
Kurniawan, A., & Daryanto. (2020). Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan, 5(2), 188-193